24.7 C
Jayapura
Friday, September 29, 2023

Pangdam: Yakinkan Proses Hukum Berjalan

Sementara itu, dari data yang diterima Cenderawasih Pos menyebutkan terjadi kontak tembak antara Satgas Pamtas Mobile Gab YR 712 dan YR 900 dengan anggota KKSB di MP 34 area PT Freeport, Kuala Kencana, pada Senin (13/4).

Dimana sekira pukul 16.30 WIT, personel Satgas YR 712 dan YR 900 yang terdiri dari Tim Badak 1, Badak 2 dan Subali 1 melaksanakan patroli dan ambush. Selang 15 menit kemudian tim mendengar suara tembakan sebanyak dua kali dan suara gaduh di sekitar sungai MP 34. Tim kemudian berusaha untuk merapat ke pinggir sungai guna melaksanakan pengintaian.

Dalam pengintaian itu, tim melihat ada empat orang KKSB yang sedang melaksanakan bakar-bakar dengan membawa dua pucuk senjata laras panjang jenis SS2 dan AK 47 hingga terjadilah tembakan terbidik terhadap empat orang kelompok KKSB mengakibatkan dua orang dari KKSB meninggal dunia dan dua orang berhasil melarikan diri  masuk ke dalam hutan dengan membawa kabur dua pucuk laras panjang.

Adapun barang bukti yang ditemukan di lokasi yakni dua pucuk senapan penembak ikan rakitan, satu gelang bendera lambang KKSB, satu bungkus rokok, dua kunci motor Yamaha Mio, 10 buah pinang, satu noken kecil berisi tujuh butir amunisi kaliber 5,56 mm.

Terkait kasus ini, Kemarin (14/4), Pangdam XVII/Cendrawasih Mayjen TNI Herman Asaribab dan Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw bertolak ke Mimika. Mereka datang ke sana setelah mendapat laporan ada dua orang warga sipil tertembak aparat keamanan.

Baca Juga :  Peluru KKB Menewaskan Pelajar Saat Antar Rokok dan Pinang

Dalam laporan tersebut dijelaskan bahwa insiden tersebut terjadi Senin (13/4). Aparat keamanan mengira kedua korban merupakan bagian dari kelompok kriminal bersenjata yang kerap mengganggu masyarakat. Namun belakangan diketahui bahwa kedua korban tidak berkaitan dengan kelompok itu. Untuk itu, Pangdam dan Kapolda turun langsung ke Mimika. Mereka datang untuk melihat korban dan bertemu keluarga korban.

Kepada awak media, Pangdam Herman Asaribab menyampaikan bahwa pihaknya akan mengambil langkah-langkah sesuai prosedur. ”Nanti kami ada petugas yang ditunjuk melaksanakan investigasi,” ungkap dia kemarin.

Orang nomor satu di Kodam XVII/Cendrawasih itu pun menyatakan, investigasi dilakukan untuk mengetahui duduk persoalan berikut berbagai fakta terkait insiden yang dilaporkan terjadi di Mile 34 kawasan PT Freeport Indonesia itu.

Herman juga memastikan prosedur hukum berjalan pararel seiring dengan investigasi yang dilaksanakan. Jenderal bintang dua TNI AD itu menyebut, prosedur itu dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku. ”Ada pun proses-proses hukum berjalan,” imbuhnya. Tidak hanya itu, dia juga menyampaikan belangsungkawa dan duka cita mendalam terhadap korban dan keluarga korban. ”Kami turut berduka cita,” tambah dia.

Senada dengan Herman, Paulus juga menyampaikan hal serupa. Pihaknya berduka atas insiden yang menyebabkan dua korban meninggal dunia. ”Ya, tugas kami hari ini adalah bagaimana agar kami segera menyampaikan duka cita kepada warga, kemudian mempersiapkan semua proses sampai dengan pemakaman dari kedua almarhum,” bebernya. Diakui olehnya, kondisi dan situasi keamanan di Papua saat ini sedang kurang baik.

Baca Juga :  Ini Penghargaan yang Diberikan APPSI bagi Pemprov Papua

Ketika mereka tengah membantu pemerintah yang bersusah payah melawan pandemi virus korona, gangguan dari kelompok kriminal bersenjata tidak ada hentinya. ”Sehingga kami harus menempatkan satuan-satuan tugas untuk menjaga masyarakat, melindungi masyarakat,” bebernya. Berkaitan dengan kondisi tersebut, pakar militer Khairul Fahmi menyampaikan, aparat keamanan di Papua harus mengubah pola operasi.

Menurut Fahmi, kondisi saat ini memang tidak mudah. Apalagi bagi personel TNI dan Polri yang bertugas di Papua. ”Penanganan masalah Papua tentu punya beban ekstra,” kata dia. Untuk itu, perlu ada perubahan pola operasi. Yang tadinya banyak berkonsentrasi pada operasi keamanan, diubah jadi lebih banyak pada operasi kemanusiaan. ”Ya menyesuaikan situasi,” tambahnya.

Fahmi mengerti, aparat keamanan di Papua harus berhadapan dengan kelompok-kelompok bersenjata yang bisa muncul kapan saja. Namun begitu, operasi kemanusiaan tetap harus dikedepankan dalam kondisi saat ini. ”Itu lebih diperkuat,” kata dia. Tentu, itu tidak lantas menutup ruang operasi keamanan. Sebab, keamanan masyarakat juga harus dijamin. ”Operasi keamanan menyesuikan gerak operasi kemanusiaan,” imbuhnya. (fia/syn/nat)

Sementara itu, dari data yang diterima Cenderawasih Pos menyebutkan terjadi kontak tembak antara Satgas Pamtas Mobile Gab YR 712 dan YR 900 dengan anggota KKSB di MP 34 area PT Freeport, Kuala Kencana, pada Senin (13/4).

Dimana sekira pukul 16.30 WIT, personel Satgas YR 712 dan YR 900 yang terdiri dari Tim Badak 1, Badak 2 dan Subali 1 melaksanakan patroli dan ambush. Selang 15 menit kemudian tim mendengar suara tembakan sebanyak dua kali dan suara gaduh di sekitar sungai MP 34. Tim kemudian berusaha untuk merapat ke pinggir sungai guna melaksanakan pengintaian.

Dalam pengintaian itu, tim melihat ada empat orang KKSB yang sedang melaksanakan bakar-bakar dengan membawa dua pucuk senjata laras panjang jenis SS2 dan AK 47 hingga terjadilah tembakan terbidik terhadap empat orang kelompok KKSB mengakibatkan dua orang dari KKSB meninggal dunia dan dua orang berhasil melarikan diri  masuk ke dalam hutan dengan membawa kabur dua pucuk laras panjang.

Adapun barang bukti yang ditemukan di lokasi yakni dua pucuk senapan penembak ikan rakitan, satu gelang bendera lambang KKSB, satu bungkus rokok, dua kunci motor Yamaha Mio, 10 buah pinang, satu noken kecil berisi tujuh butir amunisi kaliber 5,56 mm.

Terkait kasus ini, Kemarin (14/4), Pangdam XVII/Cendrawasih Mayjen TNI Herman Asaribab dan Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw bertolak ke Mimika. Mereka datang ke sana setelah mendapat laporan ada dua orang warga sipil tertembak aparat keamanan.

Baca Juga :  Edo Apcowo, Si Quattrick Keping Medali Emas PON

Dalam laporan tersebut dijelaskan bahwa insiden tersebut terjadi Senin (13/4). Aparat keamanan mengira kedua korban merupakan bagian dari kelompok kriminal bersenjata yang kerap mengganggu masyarakat. Namun belakangan diketahui bahwa kedua korban tidak berkaitan dengan kelompok itu. Untuk itu, Pangdam dan Kapolda turun langsung ke Mimika. Mereka datang untuk melihat korban dan bertemu keluarga korban.

Kepada awak media, Pangdam Herman Asaribab menyampaikan bahwa pihaknya akan mengambil langkah-langkah sesuai prosedur. ”Nanti kami ada petugas yang ditunjuk melaksanakan investigasi,” ungkap dia kemarin.

Orang nomor satu di Kodam XVII/Cendrawasih itu pun menyatakan, investigasi dilakukan untuk mengetahui duduk persoalan berikut berbagai fakta terkait insiden yang dilaporkan terjadi di Mile 34 kawasan PT Freeport Indonesia itu.

Herman juga memastikan prosedur hukum berjalan pararel seiring dengan investigasi yang dilaksanakan. Jenderal bintang dua TNI AD itu menyebut, prosedur itu dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku. ”Ada pun proses-proses hukum berjalan,” imbuhnya. Tidak hanya itu, dia juga menyampaikan belangsungkawa dan duka cita mendalam terhadap korban dan keluarga korban. ”Kami turut berduka cita,” tambah dia.

Senada dengan Herman, Paulus juga menyampaikan hal serupa. Pihaknya berduka atas insiden yang menyebabkan dua korban meninggal dunia. ”Ya, tugas kami hari ini adalah bagaimana agar kami segera menyampaikan duka cita kepada warga, kemudian mempersiapkan semua proses sampai dengan pemakaman dari kedua almarhum,” bebernya. Diakui olehnya, kondisi dan situasi keamanan di Papua saat ini sedang kurang baik.

Baca Juga :  Setelah Enam Hari, Jenazah Andika Ditemukan

Ketika mereka tengah membantu pemerintah yang bersusah payah melawan pandemi virus korona, gangguan dari kelompok kriminal bersenjata tidak ada hentinya. ”Sehingga kami harus menempatkan satuan-satuan tugas untuk menjaga masyarakat, melindungi masyarakat,” bebernya. Berkaitan dengan kondisi tersebut, pakar militer Khairul Fahmi menyampaikan, aparat keamanan di Papua harus mengubah pola operasi.

Menurut Fahmi, kondisi saat ini memang tidak mudah. Apalagi bagi personel TNI dan Polri yang bertugas di Papua. ”Penanganan masalah Papua tentu punya beban ekstra,” kata dia. Untuk itu, perlu ada perubahan pola operasi. Yang tadinya banyak berkonsentrasi pada operasi keamanan, diubah jadi lebih banyak pada operasi kemanusiaan. ”Ya menyesuaikan situasi,” tambahnya.

Fahmi mengerti, aparat keamanan di Papua harus berhadapan dengan kelompok-kelompok bersenjata yang bisa muncul kapan saja. Namun begitu, operasi kemanusiaan tetap harus dikedepankan dalam kondisi saat ini. ”Itu lebih diperkuat,” kata dia. Tentu, itu tidak lantas menutup ruang operasi keamanan. Sebab, keamanan masyarakat juga harus dijamin. ”Operasi keamanan menyesuikan gerak operasi kemanusiaan,” imbuhnya. (fia/syn/nat)

spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img
spot_img
spot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

spot_img