JAYAPURA – Penanganan pasien di rumah sakit maupun pasien yang dilakukan oleh tenaga perawat dikatakan sudah perlu dibenahi. Mindset dari pasien centered care dan family centered care harus benar – benar dipahami. Begitu juga dengan pedoman asuhan keperawatan (PAK) yang selama ini terus mengalami perubahan seiring berkembangnya dunia keperawatan meski semua bermuara pada capaian kualitas pelayanan keperawatan yang jadi lebih baik.
“Isu yang hari ini dibawakan tentang prosedur keperawatan standar dan pedoman untuk keperawatan. Harapannya bisa memberikan pemahaman kepada perawat di Papua khususnya di kota Jayapura untuk bisa mengintegrasikan standar asuhan keperawatan dan Pedoman Asuhan Keperawatan (PAK),” jelas rector Universitas Karya Husada Semarang (UKHS), Dr Ns Fery Agusman Motuho Mendrofa M.Kep., Sp.Kom dalam workshop Pedoman Penyusunan PAK Clinical Pathway dan SPO dalam keperawatan yang digelar di Grand Abe Hotel, Selasa (23/11). Kegiatan ini merupakan praktek residensi di tahap 1 dua mahasiswa UKHS , Marthen Sege dari RS Dian Harapan dan Martha Kaisiri dari RSUD Jayapura.
Diakui saat ini tengah terjadi gradasi peningkatan pendidikan vokasi Diploma III dimana dicontohkan pendidikan nurse hanya berhenti kepada bagaimana pengelolaan terhadap keperawatan padahal dengan pendidikan yang lebih tinggi paling tidak bisa memunculkan manajer – manajer keperawatan baru bisa lebih kearah konseptor dan membangun pola acuan perawatan di rumah sakit. “Ini kaitanya dengan mencapai quality improvement bagaimana mencapai kualitas pelayanan keperawatan yang jadi lebih baik ke depan,” tambah Fery Agusman.
Dalam penanganan pasien juga dikatakan harus bisa berbicara soal integrated professional team yang di dalamnya tidak bisa mengatakan bahwa satu profesi itu lebih penting atau lebih unggul dibanding profesi yang lain. “Kita kan bermitra sebagai seorang perawat sebagai seorang dokter sebagai seorang tenaga farmasi ahli gizi. Tujuannya bagaimana meningkatkan quality improvement,” imbuhnya. Rektor Uncen, Dr Ir Apolo Safanpo juga sependapat dimana perlu inovasi karena depan Papua tidak bisa seperti sekarang. Harus siap dengan era disrupsi dimana secara terbuka dan menjawab salah satunya dalam profesi keperawatan. Diharapkan Uncen ke depan juga memiliki pendidikan S2 keperawatan.
Sementara Ketua DPW PPNI Papua, Dr Isak JH Tukayo menjelaskan bahwa saat ini semua dalam inter collaboration yang artinya sebagai organisasi profesi penting untuk berkolaborasi. “Workshop ini untuk menyiapkan SDM Papua yang lebih baik dimana 2 anggota dari dewan pengurus wilayah Papua pak Marthen Sege dan ibu Martha yang sekarang mengambil S2 dan residency pertama mereka,” beber Tukayo. “Zaman sekarang kita tidak bisa bekerja sendiri harus dengan intel collaboration karena dampaknya besar bagi pemahama. Lalu ada perubahan-perubahan system dan kita disini harus beradaptasi,” singkatnya. Marthen Sege menambahkan bahwa residensi tahap I akan dilaporkan hasilnya dan ditindaklanjuti sesuai dengan rekomendasi hasil diskusi maupun penyampaian nara sumber. “Tujuan akhir adalah tercapainya mutu asuhan keperawaran yang berkualitas dan aman,” tutupnya. (ade/wen)