25.7 C
Jayapura
Tuesday, May 30, 2023

Perawat Perlu Paham Pedoman Penyusunan PAK

JAYAPURA – Penanganan pasien di rumah sakit maupun pasien yang dilakukan oleh tenaga perawat dikatakan sudah perlu dibenahi. Mindset dari pasien centered care dan family centered care  harus benar – benar dipahami. Begitu juga dengan pedoman asuhan keperawatan (PAK) yang selama ini terus mengalami perubahan seiring berkembangnya dunia keperawatan meski semua bermuara pada  capaian kualitas pelayanan keperawatan yang jadi lebih baik.

“Isu yang  hari ini dibawakan tentang prosedur keperawatan standar dan pedoman untuk keperawatan. Harapannya bisa memberikan pemahaman kepada perawat di Papua khususnya di kota Jayapura untuk bisa mengintegrasikan standar asuhan keperawatan dan Pedoman Asuhan Keperawatan (PAK),” jelas rector Universitas Karya Husada Semarang (UKHS), Dr Ns Fery Agusman Motuho Mendrofa M.Kep., Sp.Kom dalam workshop Pedoman Penyusunan PAK Clinical Pathway  dan SPO dalam keperawatan yang digelar di Grand Abe Hotel, Selasa (23/11). Kegiatan ini merupakan praktek residensi di tahap 1 dua mahasiswa UKHS , Marthen Sege dari RS Dian Harapan dan Martha Kaisiri dari RSUD Jayapura.

Baca Juga :  Tidak Ada Ancaman, Pilkada 2020 Tetap Jalan

Diakui saat ini tengah terjadi gradasi peningkatan pendidikan vokasi Diploma III  dimana dicontohkan pendidikan nurse hanya berhenti kepada bagaimana pengelolaan terhadap keperawatan padahal dengan pendidikan yang lebih tinggi paling tidak bisa memunculkan manajer – manajer keperawatan baru bisa lebih kearah konseptor  dan membangun pola acuan perawatan di rumah sakit. “Ini  kaitanya dengan mencapai quality improvement bagaimana mencapai kualitas pelayanan keperawatan yang jadi lebih baik ke depan,” tambah Fery Agusman.

Dalam penanganan pasien juga dikatakan  harus bisa berbicara soal integrated professional team yang di dalamnya tidak bisa mengatakan bahwa satu profesi itu lebih penting atau lebih unggul dibanding profesi yang lain. “Kita kan bermitra sebagai seorang perawat sebagai seorang dokter sebagai seorang tenaga farmasi ahli gizi. Tujuannya bagaimana meningkatkan quality improvement,” imbuhnya.  Rektor Uncen, Dr Ir Apolo Safanpo juga sependapat dimana perlu inovasi karena depan Papua tidak bisa seperti sekarang. Harus siap dengan era disrupsi dimana secara terbuka dan menjawab salah satunya dalam profesi keperawatan. Diharapkan Uncen ke depan juga memiliki pendidikan S2 keperawatan.

Baca Juga :  Diajarkan Membentuk Attitude Namun Tanpa Kekerasan

Sementara Ketua DPW PPNI Papua, Dr Isak JH Tukayo  menjelaskan bahwa saat ini semua dalam inter collaboration yang artinya sebagai organisasi profesi penting untuk berkolaborasi. “Workshop ini untuk  menyiapkan SDM Papua yang lebih baik dimana 2 anggota dari dewan pengurus wilayah Papua pak Marthen Sege dan ibu Martha yang sekarang mengambil S2 dan residency pertama mereka,” beber Tukayo. “Zaman sekarang kita tidak bisa bekerja sendiri harus dengan intel collaboration karena dampaknya besar bagi pemahama. Lalu ada perubahan-perubahan system dan kita disini harus beradaptasi,” singkatnya. Marthen Sege menambahkan bahwa residensi tahap I akan dilaporkan hasilnya  dan ditindaklanjuti sesuai dengan rekomendasi hasil diskusi maupun penyampaian nara sumber. “Tujuan akhir adalah tercapainya mutu asuhan keperawaran yang berkualitas dan aman,” tutupnya. (ade/wen)

JAYAPURA – Penanganan pasien di rumah sakit maupun pasien yang dilakukan oleh tenaga perawat dikatakan sudah perlu dibenahi. Mindset dari pasien centered care dan family centered care  harus benar – benar dipahami. Begitu juga dengan pedoman asuhan keperawatan (PAK) yang selama ini terus mengalami perubahan seiring berkembangnya dunia keperawatan meski semua bermuara pada  capaian kualitas pelayanan keperawatan yang jadi lebih baik.

“Isu yang  hari ini dibawakan tentang prosedur keperawatan standar dan pedoman untuk keperawatan. Harapannya bisa memberikan pemahaman kepada perawat di Papua khususnya di kota Jayapura untuk bisa mengintegrasikan standar asuhan keperawatan dan Pedoman Asuhan Keperawatan (PAK),” jelas rector Universitas Karya Husada Semarang (UKHS), Dr Ns Fery Agusman Motuho Mendrofa M.Kep., Sp.Kom dalam workshop Pedoman Penyusunan PAK Clinical Pathway  dan SPO dalam keperawatan yang digelar di Grand Abe Hotel, Selasa (23/11). Kegiatan ini merupakan praktek residensi di tahap 1 dua mahasiswa UKHS , Marthen Sege dari RS Dian Harapan dan Martha Kaisiri dari RSUD Jayapura.

Baca Juga :  10 Unit Kendaraan Roda dua dan Satu Sajam Diamankan

Diakui saat ini tengah terjadi gradasi peningkatan pendidikan vokasi Diploma III  dimana dicontohkan pendidikan nurse hanya berhenti kepada bagaimana pengelolaan terhadap keperawatan padahal dengan pendidikan yang lebih tinggi paling tidak bisa memunculkan manajer – manajer keperawatan baru bisa lebih kearah konseptor  dan membangun pola acuan perawatan di rumah sakit. “Ini  kaitanya dengan mencapai quality improvement bagaimana mencapai kualitas pelayanan keperawatan yang jadi lebih baik ke depan,” tambah Fery Agusman.

Dalam penanganan pasien juga dikatakan  harus bisa berbicara soal integrated professional team yang di dalamnya tidak bisa mengatakan bahwa satu profesi itu lebih penting atau lebih unggul dibanding profesi yang lain. “Kita kan bermitra sebagai seorang perawat sebagai seorang dokter sebagai seorang tenaga farmasi ahli gizi. Tujuannya bagaimana meningkatkan quality improvement,” imbuhnya.  Rektor Uncen, Dr Ir Apolo Safanpo juga sependapat dimana perlu inovasi karena depan Papua tidak bisa seperti sekarang. Harus siap dengan era disrupsi dimana secara terbuka dan menjawab salah satunya dalam profesi keperawatan. Diharapkan Uncen ke depan juga memiliki pendidikan S2 keperawatan.

Baca Juga :  Disinyalir Sebagai curanmor 2 Warga dan 109 Kendaraan Roda Dua Diamankan.

Sementara Ketua DPW PPNI Papua, Dr Isak JH Tukayo  menjelaskan bahwa saat ini semua dalam inter collaboration yang artinya sebagai organisasi profesi penting untuk berkolaborasi. “Workshop ini untuk  menyiapkan SDM Papua yang lebih baik dimana 2 anggota dari dewan pengurus wilayah Papua pak Marthen Sege dan ibu Martha yang sekarang mengambil S2 dan residency pertama mereka,” beber Tukayo. “Zaman sekarang kita tidak bisa bekerja sendiri harus dengan intel collaboration karena dampaknya besar bagi pemahama. Lalu ada perubahan-perubahan system dan kita disini harus beradaptasi,” singkatnya. Marthen Sege menambahkan bahwa residensi tahap I akan dilaporkan hasilnya  dan ditindaklanjuti sesuai dengan rekomendasi hasil diskusi maupun penyampaian nara sumber. “Tujuan akhir adalah tercapainya mutu asuhan keperawaran yang berkualitas dan aman,” tutupnya. (ade/wen)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru