JAYAPURA – Sosok David Saweri, salah satu pegiat lingkungan asal Sarmi mengajak para generasi muda Papua untuk Selingkuh (Selamatkan Lingkungan Hidup) untuk menjaga ekosistem di tanah Papua. Ia menyampaikan mengenai kegelisahannya terhadap karakter seseorang yang tidak mau menjaga dan merawat betul-betul lingkungan hidup.
“Saya belajar di alam, melalui intuisi. Sesuatu yang dianggap orang buruk dibawa ke sesuatu yang positif. Mari kita Selingkuh (selamatkan lingkungan hidup).”ujarnya saat ditemui Cenderawasih Pos
Menurutnya untuk menyampaikan seruan ayo kita tanam disini semua orang akan ikut. Tapi Hanya sekedar euphoria, tidak tahu untuk apa tujuannya. Sebab kalau berbicara mengenai peran merawat lingkungan tidak segampang yang dipikirkan orang.
“Karena merawat itu susah. Harus menjaga kebutuhan hidup manusia kedepannya. Kita lihat dampak pada kesehatan tubuh. Karena kalau tanaman terkena zat berbahaya. Usia segini belum terasa, nanti setelahnya baru terasa.” Ujarnya.
Dirinya menyampaikan bahwa kreasi ramah lingkungan sangat penting. Bicara kreatif harus yang ramah lingkungan. Sehingga berdampak baik bagi keseimbangan dan kesehatan. “Bagaimana kita memberdayakan diri kita, kemampuan kita dengan lingkungan. Kalau kita ketergantungan dengan industri maka kita sudah merugikan lingkungan hidup. Kreatif yang punya keberpihakan dengan lingkungan, silahkan saja. Saya lebih memilih kesitu,”terangnya.
Menurutnya perilaku yang tidak ramah lingkungan adalah karakter buruk seperti serakah mengambil segala sesuatu dari alam tanpa memilih dan memikirkan masa depan.
“Keseimbangan tubuh bumi harus dijaga. Keseimbangan punya kekuatan sendiri untuk mengatur dirinya. Kalau kita ambil fosil bumi kalau digunakan terus maka daya tahan tubuh bumi kan berkurang. Terus bagaimana kalau manusia. Perilaku manusia kan ambil ambil saja. Kita tidak iri tidak cemburu. Siapa saja punya hak atas apa yang tersedia tetapi tidak serakah,”jelasnya.
Dirinya menegaskan kalau manusia hanya bisa mengambil saja dari alam, untuk dikonsumsi, akan menjadi persoalan.
“Cara menggunakan juga masalah, misalnya kita mau ambil tanah. Itu berarti kita kasih rusak struktur tanah disitu. Misalnya perlu 100 bibit kasih material tanah setelah dimasukkan plastik 100. Setelah jadi dipenuhi. Material tanah dibawa kesana otomatis kita wariskan masalah. .” Ujarnya.
Menurutnya lingkungan struktur tempat kondisi dari tanah yang di ambil secara terus menerus akan berdampak pada bencana dan masalah untuk lingkungan setempat. Dirinya berharap agar setiap orang memiliki pemikiran memakai bahan alternatif alami dari alam sendiri.
“Yang nantinya ketika terjadi bingung, kenapa longsor? kenapa abrasi? Nah perilaku kita tadi yang menyebabkan, berasal dari karakter (serakah) itu. Kalau ada alternatifnya, kenapa tidak bisa pakai alternatifnya. Contoh Serabut kelapa kita bisa gunakan untuk pengganti tanah sekaligus untuk pupuk. Supaya tidak kita rusak struktur tanah disitu. Mungkin lainnya kita bisa olah daun sampai jadi kompos kering.” Ujarnya.
Dirinya juga menyinggung persoalan mengenai sampah. Menurutnya memindahkan sampah dari kota ke pegunungan hanya memindahkan masalah. Bukan mengurangi masalah. Sebab tanah yang tadinya sehat, air yang tadinya bersih, menjadi kotor dan kumuh. Kehidupan orang di sekitar sana juga terganggu. Baik kondisi alam maupun kesehatannya.
Hal ini didasari oleh kenyataannya bahwa banyak orang bergelar, namun tidak mengetahui apa yang dibutuhkan alam. Tidak mau terjun langsung untuk menjaga keseimbangan ekosistem yang ada di alam. “Kalau bicara lingkungan minta maaf, meskipun dia sekolahnya bagus, pulangnya harus menghadirkan dia punya kehidupan rukun dengan lingkungan. Bicara profesor hanya ada di kertas. Faktanya, apa yang dia lakukan untuk alam?”. Ujarnya.
“Caranya setidaknya kita mengurangi isu lingkungan soal itu. Kita mau lawan karakter ini susah. Sosialisasi kadang Itu mereka banyak alasan. Hanya orang yang mendapatkan panggilan hati yang mampu. Karena dia tau apa yang akan dilakukan. Tanpa adanya sosialisasi. Dia punya panggilan untuk rawat lingkungan sendiri.” Ujarnya.
Dirinya menegaskan bahwa banyak orang bisa bilang menanam. Tapi Tidak semua orang bisa merawat. Sehingga bisa dibuktikan peranannya terhadap lingkungan seperti apa. (cr-265/wen)