#Pentingya menjaga alam dan lingkungannya.
JAYAPURA-Upacara Melasti digelar umat Hindu di Jayapura sebagai bagian dari rangkaian Nyepi Tahun Baru Saka 1944. Perayaan Melasti di Kota Jayapura dilakukan secara terbatas dengan menerapkan protokol kesehatan. Upacara Melasti yang berlangsung di Pantai Holtekamp tak jauh dari Jembatan Youtefa, Senin (28/2) hanya diikuti puluhan umat hindu dari Parisade Pura Agung Surya Bhuvana Jayapura.
Pinandita Pura Agung Surya Bhuvana Kota Jayapura I Wayan Wiranyane menyampaikan, Tahun Baru Saka 1944 tahun 2022 akan jatuh pada tanggal 3 maret. Namun rangkaian pelaksanaan Nyepi yang diawali dengan upacara Melasti yang dilakukan di pantai dengan tujuan untuk penyucian alam besar dan alam kecil.
“Melasti adalah memisahkan unsur unsur kekotoran dalam alam besar dan alam kecil,” terang Pinandita I Wayan Wiranyane kepada Cenderawasih Pos.
Dijelaskan, Melasti adalah penyucian diri. Menghilangkan unsur unsur kekotoran yang ada. Sehingga dalam menyambut tahun baru saka, semua umat hindu sudah dalam keadaan suci.
“Melasti adalah memisahkan kekotoran prilaku kehidupan manusia yang sesungguhnya, mungkin kita pernah punya salah sama saudara kita termasuk dengan alam. Dengan melakukan pembersihan sehingga tidak terjadi lagi kesalahan dan kekotoran,” terangnya.
Selain mensucikan diri manusia, lanjut Wiranyane, simbol simbol juga perlu disucikan kembali, karena unsur manusia, sifat manusia perkataan, pikiran dan tingkah laku manusia itu sendiri. “Jika kita sudah sama sama memiliki pemikiran yang suci, dampaknya akan membawa kebaikan dan bagaimana memoderasikan pikiran beragama kita sesuai dengan khalayak umat manusia sendiri,” terangnya.
Setelah upacara Melasti, Umat Hindu pada besok Rabu (2/3) akan melaksanakan upacara tawur yang tingkatannya adalah caru. Setelah upacara macaru dimana membersihkan alam, setelah itu akan melaksanakan catur brata penyepian pada Kamis (3/3) lusa.
Menurutnya, tepat 3 maret merupakan tahun baru saka. Dimana umat hindu di Jayapura akan merayakan tahun baru dengan mengintropeksi diri dengan 4 upawasa atau puasa yakni catur brata penyepian dimana tidak boleh akan melaksanakan bepergian, tidak boleh memakan makanan yang berlebihan, tidak boleh bekerja dan bagaimana kita mengekan nafsu indria itu sendiri.
“Umat hindu diharapkan bisa mengimpelementasikan berkomunikasi dengan dirinya secara spirit melalui 4 puasa tadi,” kata Pinandita.
Ia juga berharap umat hidup yang ada di Kota Jayapura melalui upacara melasti bisa menjaga kesucian dengan penuh kedamaian. Moderasi beragama sesuai dengan keyakinan kita dengan penuh rasa kasih dan sayang, dengan penuh toleransi dan ajaran Tattwa.
Sementara itu, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Papua I Komang A. Wardana, SH, MM mengajak umat sedarma yang ada di Kota Jayapura bisa melaksanakan hari perayaan nyepi dengan prokes yang ketat. Ia juga menekankan agar umat Hindu di Kota Jayapura meningkatkan pentingya menjaga alam dan lingkungannya.
“Selama ini manusialah yang memperlakukan alam dengan tidak baik sehingga adanya banjir, gempa bumi dan lainnya. Memang itu kehendak yang Maha Kuasa, tapi kembali kepada alam itu adalah ulah sifat sifat manusia yang menyebabkan alam ini menjadi rusak,” terangnya.
Menetralisir sifat sifat manusia menjadi positif, sehingga yang selama ini merusak alam bisa sadar sehingga kelestarian alam yang sudah carut marut ini posotif. Sehingga manusia bisa menghirup udara yang baik dan segar.
“Saya juga mengimbau umat sedarma, apapun kebijakan pemerintah harus diikuti, termasuk mengikuti vaksin,” pungkasnya. (fia/tri)