25.7 C
Jayapura
Sunday, October 1, 2023

Jangan Akhirnya Jadi Penonton di Rumah Sendiri

JohnJAYAPURA – Sekretaris II Dewan Adat Papua, John N.R Gobay mengingatkan masyarakat adat untuk bijak setiap ingin melepas/menjual tanah. Jangan sampai dari keputusan sesaat berdampak merugikan dikemudian hari. Meski saat ini baik pemerintah maupun pihak adat beberapa kali menyuarakan untuk berhenti menjual tanah namun kenyataannya masih saja terus terjadi tanah adat dilepas dan keluar dari kepemilikan. John melihat kondisi ini satu hari nanti akan merugikan masyarakat sendiri sebab kebanyakan orang Papua hidup dari hutan, dari dusun yang dimiliki.

“Ini satu keprihatinan kami juga, sudah sering kami sampaikan untuk jangan menjual sebab nantinya anak cucu akan tinggal dimana, akan makan dari dusun yang mana. Uang ang diterima memang besar tapi dari pengalaman selama ini uang tersebut jarang bertahan lama sementara tanah sudah menjadi milik orang lain,” kata John, Selasa (21/4). Ia memberi contoh ril yang sedang terjadi saat ini dimana tanah di sepanjang Teluk Yotefa sebagian besar telah berpindah tangan. Telah bersertifikat dan diyakini akan menjadi tempat usaha bagi mereka yang memiliki modal.

Baca Juga :  Liga 1 Kembali Ditunda, Jacksen Tetap Stay Cool

“Ini yang seharusnya jangan terjadi, tanah sudah berpindah tangan dan lama-lama dusun juga akan hilang. Setelah itu kita akan mencari makan dimana,” tanya John. Jalur sepanjang Jembatan Yotefa hingga Holtekam kini telah dibuka sisi kiri dan kanannya dan sebagian besar pemodal telah mengantongi surat pelepasan dan siap menyulap lokasi tersebut. Pihaknya sendiri tak bisa berbuat banyak sebab ini kembali ke komitmen masyarakat adat dari suku tersebut. “Kami hanya menyayangkan sebab kalau sudah begini artinya lama kelamaan masyarakat adat justru menjadi penonton di rumahnya sendiri, miris sekali,” imbuhnya. (ade/wen)

 

JohnJAYAPURA – Sekretaris II Dewan Adat Papua, John N.R Gobay mengingatkan masyarakat adat untuk bijak setiap ingin melepas/menjual tanah. Jangan sampai dari keputusan sesaat berdampak merugikan dikemudian hari. Meski saat ini baik pemerintah maupun pihak adat beberapa kali menyuarakan untuk berhenti menjual tanah namun kenyataannya masih saja terus terjadi tanah adat dilepas dan keluar dari kepemilikan. John melihat kondisi ini satu hari nanti akan merugikan masyarakat sendiri sebab kebanyakan orang Papua hidup dari hutan, dari dusun yang dimiliki.

“Ini satu keprihatinan kami juga, sudah sering kami sampaikan untuk jangan menjual sebab nantinya anak cucu akan tinggal dimana, akan makan dari dusun yang mana. Uang ang diterima memang besar tapi dari pengalaman selama ini uang tersebut jarang bertahan lama sementara tanah sudah menjadi milik orang lain,” kata John, Selasa (21/4). Ia memberi contoh ril yang sedang terjadi saat ini dimana tanah di sepanjang Teluk Yotefa sebagian besar telah berpindah tangan. Telah bersertifikat dan diyakini akan menjadi tempat usaha bagi mereka yang memiliki modal.

Baca Juga :  Putusan Kasasi MA Menangkan PT Alam Indah

“Ini yang seharusnya jangan terjadi, tanah sudah berpindah tangan dan lama-lama dusun juga akan hilang. Setelah itu kita akan mencari makan dimana,” tanya John. Jalur sepanjang Jembatan Yotefa hingga Holtekam kini telah dibuka sisi kiri dan kanannya dan sebagian besar pemodal telah mengantongi surat pelepasan dan siap menyulap lokasi tersebut. Pihaknya sendiri tak bisa berbuat banyak sebab ini kembali ke komitmen masyarakat adat dari suku tersebut. “Kami hanya menyayangkan sebab kalau sudah begini artinya lama kelamaan masyarakat adat justru menjadi penonton di rumahnya sendiri, miris sekali,” imbuhnya. (ade/wen)

 

spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img
spot_img
spot_img

Terpopuler

spot_img

Artikel Terbaru

spot_img