27.7 C
Jayapura
Sunday, June 4, 2023

Jaga Papua Tetap Bebas PMK

JAYAPURA-drh. Muhlis Natsir, M.Kes, Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Jayapura
menjelaskan secara rinci penyebab adanya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada Hewan berkuku belah yang saat ini sedang terjadi dibeberapa Provinsi di Indonesia. Dia terangkannya bahwa Virus Aphtovirus berasal dari famili Picornaviridae, menurutnya Ada 7 (tujuh) serotipe virus diantaranya  O, A, C, SAT 1, SAT 2, SAT 3, dan Asia 1. “Untuk diketahui virus PMK pernah ada di Indonesia tahun 1983 hanya serotipe O”, ucap Muhlis.
Dilanjutkannya Hewan yang terserang oleh virus Aphtovirus ini adalah Ruminansia (sapi, kerbau, kambing, domba, rusa), babi, unta, dan beberapa hewan liar. Sedangkan secara percobaan, virus PMK dapat menginfeksi, kelinci, marmut, tikus, dan hamster.
Lalu apakah gejala klinis pada sapi/kerbau ? Gejala kkinisnya antara lain, demam tinggi bisa mencapai 41 derajat Celcius, Pembengkakan limfoglandula mandibularis, Hipersalivasi (air liur berlebihan), Adanya lepuh dan erosi sekitar mulut, moncong hidung, lidah, gusi, kulit sekitar kuku dan puting ambing
Daya tahan virus pada hewan yang terdampak sangat bervariasi, misalnya di dalam air selama 50 hari, di rumput 74 hari tanah 26-200 hari, Feses kering 48 hari, Feses basah 8 hari, Cairan feses (manur) 34-43 hari, Dalam limfonodus, sumsum tulang, tetesan darah, jeroan bisa beberapa bulan
“Penyakit PMK  hanya menular terhadap Hewan, dan tidak menular ke manusia, jadi tidak masuk dalam kategori Zoonosis”, terang Muhlis.
Muhlis kembali menjelaskan PMK merupakan penyakit yang sangat menular. Virus banyak terdapat dalam jaringan, sekresi dan eksresi sebelum dan pada waktu timbulnya gejala klinis. Hewan yang peka tertular melalui kontak dengan hewan atau bahan tercemar, jalur inhalasi (pernafasan), ingesti (mulut/makan) dan melalui perkawinan alami ataupun buatan.
Muhlsi menyarankan apabila ada hewan demam tinggi atau sakit segera laporkan ke Dokter Hewan atau Puskeswan atau Dinas kesehatan Hewan. Selain itu dia juga menegaskan jika ada hewan sakit harus  dipisahkan dan jangan dijual dan yang tidak kala penting menurut dia harus bisa menjaga kebersihan kandang, alat, dan orang yang menangani hewan”, pungkas Muhlis.
“Penjelasan ini merupakan hal yang paling penting agar masyarakat bisa mengetahui seperti apa gejala penyakit PMK itu sendiri”, ujarnya. (CR-267)

Baca Juga :  Agustina Kambu Tewas Secara Wajar

JAYAPURA-drh. Muhlis Natsir, M.Kes, Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Jayapura
menjelaskan secara rinci penyebab adanya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada Hewan berkuku belah yang saat ini sedang terjadi dibeberapa Provinsi di Indonesia. Dia terangkannya bahwa Virus Aphtovirus berasal dari famili Picornaviridae, menurutnya Ada 7 (tujuh) serotipe virus diantaranya  O, A, C, SAT 1, SAT 2, SAT 3, dan Asia 1. “Untuk diketahui virus PMK pernah ada di Indonesia tahun 1983 hanya serotipe O”, ucap Muhlis.
Dilanjutkannya Hewan yang terserang oleh virus Aphtovirus ini adalah Ruminansia (sapi, kerbau, kambing, domba, rusa), babi, unta, dan beberapa hewan liar. Sedangkan secara percobaan, virus PMK dapat menginfeksi, kelinci, marmut, tikus, dan hamster.
Lalu apakah gejala klinis pada sapi/kerbau ? Gejala kkinisnya antara lain, demam tinggi bisa mencapai 41 derajat Celcius, Pembengkakan limfoglandula mandibularis, Hipersalivasi (air liur berlebihan), Adanya lepuh dan erosi sekitar mulut, moncong hidung, lidah, gusi, kulit sekitar kuku dan puting ambing
Daya tahan virus pada hewan yang terdampak sangat bervariasi, misalnya di dalam air selama 50 hari, di rumput 74 hari tanah 26-200 hari, Feses kering 48 hari, Feses basah 8 hari, Cairan feses (manur) 34-43 hari, Dalam limfonodus, sumsum tulang, tetesan darah, jeroan bisa beberapa bulan
“Penyakit PMK  hanya menular terhadap Hewan, dan tidak menular ke manusia, jadi tidak masuk dalam kategori Zoonosis”, terang Muhlis.
Muhlis kembali menjelaskan PMK merupakan penyakit yang sangat menular. Virus banyak terdapat dalam jaringan, sekresi dan eksresi sebelum dan pada waktu timbulnya gejala klinis. Hewan yang peka tertular melalui kontak dengan hewan atau bahan tercemar, jalur inhalasi (pernafasan), ingesti (mulut/makan) dan melalui perkawinan alami ataupun buatan.
Muhlsi menyarankan apabila ada hewan demam tinggi atau sakit segera laporkan ke Dokter Hewan atau Puskeswan atau Dinas kesehatan Hewan. Selain itu dia juga menegaskan jika ada hewan sakit harus  dipisahkan dan jangan dijual dan yang tidak kala penting menurut dia harus bisa menjaga kebersihan kandang, alat, dan orang yang menangani hewan”, pungkas Muhlis.
“Penjelasan ini merupakan hal yang paling penting agar masyarakat bisa mengetahui seperti apa gejala penyakit PMK itu sendiri”, ujarnya. (CR-267)

Baca Juga :  Sekolah Berharap Listrik dan Internet Tidak Terganggu

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru